Selasa, Oktober 30, 2007

Langit-langit Kota Tua (Puisi dari Bro Edy)

kugapai-gapai langit-langit kota tua
pengharapan tak berkesudahan pada keputusan
jakarta adalah saksi buta,
gagasan-gagasan nanar di rona senja petang
mendesak jalang, menggenggam bintang-bintang

jakarta adalah saksi buta,
keputusasaan tak berkesudahan,
kesunyian suram di Pasar Senen,
pemuda desa malang bermain dadu bertaruh masa depan
pada lapak jualan di pinggiran jalan,
syukurlah,
semua nyaman, semua aman
hingga, petugas trantib memberi peringatan
enyahlah sampah-sampah dari pinggir jalan
demi ketertiban umum, dilarang berjualan
demi kenyamanan pandangan, dilarang menggelar lapak jualan
atau kalian kami beri pendidikan
dengan bogeman tangan, tongkat pentungan dan laras senapan

jakarta adalah saksi buta
pemuda desa terusir dari pinggiran jalan
jakarta adalah saksi buta
hancurnya bintang-bintang,

jakarta adalah saksi buta
tentang sampah-sampah manusia yang terus terbuang
dan jakarta adalah saksi buta
bahwa nurani adalah bogem, pentungan dan laras senapan
di senja petang,
kita masih sempat menyeruput susu jahe kawan ...
bersama gagasan-gagasan yang mengalir tak berkesudahan
kemuakan dan kejijikan pada kemunafikan
mari hisap rokok dulu kawan ...

sebelum kita kembali bertanya,
mengapa kita hanya punya kata saat pemuda desa terusir bersama harga dirinya?
mengapa kita merasa nyaman saat sampah-sampah manusia semakin terbuang?
ataukah kita juga hanya saksi buta; seperti halnya jakarta?

Karbela, Rabu, 26 September 2007
5. 35 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar