Senin, Februari 18, 2008

Kisah di Tanah Melayu



sekelebat terlintas sebuah memori
tentang kisah hidup di rimba Melayu
diantara pepohonan sawit dan cerobong silo
diantara buruh-buruh berkeringat dan Tuan Mister berdasi
diselingi dentingan pukulan godam dan teriakan mandor

tanah riau nan permai
alammu elok dan kaya raya
hutan dan perut bumimu anugerah tiada tara
mengundang semua bangsa untuk berkunjung
sekedar berlomba mengejar sejumlah rupiah dan dollar

Pakanbaru pelarian akhir pekan
melepas penat sembari memanjakan diri
menghambur rupiah hasil kerja sebulan
dengan gaya dan dandanan yang mewah
sebuah bentuk pengakuan diri

senin datang kembali tegang
mesin-mesin tak mau berhenti
membangunkan buruh tak berkamar-mandi
tanpa jendela tanpa cahaya matahari
dari pagi ke pagi lagi

asap silo terus saja mengepul
melepaskan sisa-sisa amonia ke udara
ribuan kubik akasia dan kayu alam disulap
seketika jadilah sejumlah rupiah
menghidupi ribuan keluarga buruh harian

Pelalawan terus berbenah
denyut nadi perekonomian di lintas timur Sumatera
harapan terpampang di depan mata
hutan Tesso masih begitu luas
untuk terus disulap menjadi rupiah

Kampar mengalir dengan tenang
airnya jernih menyejukkan
tempat memancing atau sekedar berkelah
diantara budak-budak yang mandi telanjang
dan ibu-ibu yang mencuci sambil berdendang

hampir dua tahun berlalu
sejak aksi demonstrasi itu

mesin-mesin terus menggilas
silo-silo masih mengepulkan amonia
hutan Tesso porak-poranda
Kampar semakin sering memuntahkan air bah
buruh-buruh tak berkamar mandi cuma bisa pasrah
terus dijajah kulit putih yang serakah.

Bang Jenggot
Batavia Darusysyaitan
17 Februari 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar