Rabu, Desember 30, 2009
Memori Kavling 76
"Aku masih merindukan sepatu kulit berujung besi itu..."
malam gerimis itu aku terdiam di sebuah gedung parkir di kawasan pusat Batavia. air wudhu bekas isya masih tersisa di kepala. dari lantai 4 parkiran motor itu, mataku nanar menatap ke arah jalanan S. Parman yang mulai sepi oleh lalu lalang penambang rezeki Ibukota. dua batang Class Mild tersisa di kantong. (sebenarnya aku benci tembakau ini, selalu merayu dan menggodaku untuk terus menghisap sisa pembakarannya ke ruang paru yang tak pernah kuketahui kondisinya).
hari ini begitu melelahkan. lebih 1 minggu selalu begini. namun semakin berat karena hantaman masalah yang memukul telak di wajah. hampir 30 menit aku termangu, tanpa sadar satu batang Class Mild pun mendarat mulus di bibir, dan dentingan "tokai" menyulutkan sebentuk cahaya tipis diujung benda sepanjang 9 centimeter itu. dalam kutarik zat karbon itu hingga terasa penuh ruang paru, lalu perlahan kuhembuskan asap putih itu. nikmat terasa sekejap.
aku letih, otakku penuh. sekejap salam isya tadi menenangkan hati, namun seketika meninggalkan sajadah, gundah kembali datang.
sekelebat terlintas memori di masa lalu, tentang indahnya masa kecil, riangnya masa remaja yang penuh pergolakan, tentang pupusnya sebuah cita-cita, dan datang-perginya orang-orang tersayang dalam hidup.
teringat akan rumah kontrakan kecil dan vespa butut bapak yang menemani masa kecilku di kota kecil pinggir barat Sumatera, omelan ibu yang pernah letih menyayangiku, onggokan buku di lemari kamar yang tak pernah rapi, para sahabat di tempat yang jauh, meja gambar yang tak tahu lagi dimana rimbanya, cerita cinta yang pernah selesai, serta helm proyek dan sepatu berujung besi yang telah kukembalikan pada Tuan China Pribumi Sang Manager di rimba Melayu.
semua telah jauh tertinggal di belakang. aku rindu semuanya. Batavia cukup melemahkan hati dan iman. aku terpuruk di dasar lumpurnya, diantara segala kebohongan, kekosongan jiwa, dan hancurnya hati.
tiba-tiba aku tersentak, lamunanku buyar oleh sapaan seorang petugas parkir yang hendak pulang karena waktu shift-nya hampir habis. kuanggukkan kepala sembari menyeka muka, aku melangkah ke arah motor lamaku yang tinggal sendiri di ruang parkir itu. kunyalakan motor, dan kutancap gas sekencang mungkin ke arah kamar kos yang sudah tak sabar menunggu kedatangan Tuannya. kutinggalkan semua lamunan di ruang parkir itu, kusongsong kembali jalanan Batavia.
here I stand all alone
have my mind turned to stone
have my heart filled up with ice
to avoid it's breakin' twice
thank to you, my dear old friend
but you can't help, this is the end
of a tale that wasn't right
i won't have no sleep tonight
in my heart, in my soul
i really hate to pay this toll
should be strong, young and bold
but the only thing I feel is pain
bang jenggot,
batavia darusysyaitan, 30 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar