Matahari itu akan tetap ada di sana
Tanpa kau tanpa aku dia memang akan semakin menghunjamkan panasnya lebih terik dari masa ke masa.
Bintang bersinar itu bahkan hidup dan berarti lebih lama dibanding usahamu meski ia telah padam di masa nenek moyangmu masih belajar berlayar ke tanah yang kau yakini sebagai rumahmu.
(RM)
terima kasih untuk potongan puisi di atas.
kenyataan itu memang sempat mengguncang jiwaku. sebuah kebenaran yang tak pernah kuduga sebelumnya datang dari kerabat dekat yang jauh. kebanggaan atas ragam etnis dan budaya yang seumur hidup kupegang teguh luntur seketika. aku tak menyalahkan Ibu, tidak juga kerabat lainnya, aku yakin semua dilakukan untuk kebaikanku.
kebenaran itu datang menjelang hari perjanjianku, hari dimana setelahnya aku akan melanjutkan garis darah. aku bukanlah seperti yang kuduga selama ini. dari pesisir timur jauh itu, nenek moyangku telah berlayar dan berlabuh di tanah yang selama ini kuyakini sebagai rumahku.
aku terlanjur mencintai tanah itu lengkap dengan segala budaya yang telah membentuk pribadiku. sejarah perjalanan hidupku telah tenggelam dalam euforia kesukuan itu.
apapun kebenaran itu, tidak akan mengubah diriku. aku tetaplah orang Minang seperti yang kalian ketahui.
(mencintai etnis bukan berarti primordial, hanya sekedar bentuk pengakuan atas sebuah identitas diri)
Bang Jenggot,
Batavia Darusysyaitan, 06 Maret 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar