Kamis, November 15, 2007

Jangan salahkan aku nanti, Tuan!

izinkan aku bertamu, tuan

akan kuketuk dahulu pintu rumah tuan dan takkan lupa kuucapkan salam. salam keselamatan untuk tuan, puan dan seisi keluarga tuan. aku datang tak membawa parang atau gurkrit. aku hanya membawa khabar dari gubuk tua samping rumah tuan. aku dengar ada kegaduhan di sana semalam. bu siti -jandanya pak amat itu- dan ketiga bocah anaknya dilarikan ke Puskesmas, katanya kerna demam. tetapi, usut punya usut, ternyata kerna mereka lama tak makan. mereka butuh nasi, tuan. mengisi perut biar bertenaga kembali untuk hidup

izinkan aku masuk, tuan. akan kusisir rambutku, kucuci kakiku dan kuganti bajuku terlebih dahulu agar tak kukotori pandangan dan lantai rumah tuan yang berkilauan. kali ini aku datang membawa si joko. bocah bengal yang tak mau sekolah itu. bapaknya sekarat, tuan. asap rokok dan pabrik telah merusak isi dadanya. dia butuh kerja, tuan. seonggok uang untuk kesembuhan bapaknya.

izinkan aku duduk, tuan. tak perlu di sofa itu, dibawah sini saja, tuan. aku hanya ingin bertanya tentang hal yang diributkan orang kampung. benarkah tuan mengusir puluhan keluarga yang tinggal di tanah kosong pinggir kali milik tuan itu? kasihan mereka, tuan. sekarang musim hujan. mereka kedinginan. gelandangan di samping masjid, tuan. mereka butuh atap, pelindung dari teriknya siang dan dinginnya malam, tuan.

izinkan aku bersujud di hadapanmu, tuan. akan kuciumi kakimu yang bersih itu agar mau kaubagi sedikit air ledeng milikmu untuk kami, tuan. sudah 3 hari ini air sungai dan sumur kami tercemar, limbah pabrik tahu mu itu telah meresap ke tanah, anak-anak gatal-gatal dan tak sedikit yang keracunan. malang nian mereka, tuan. mereka butuh sembuh, agar bisa kembali ke sekolah dan ke sawah, tuan.

tuan...
tuan...
disanakah tuan?
terdengarkah suaraku oleh tuan?
sampai kapan aku berdiri di luar sini, tuan?
dinding tembok rumah tuan begitu tinggi dan kokoh
gonggongan doberman itu membuatku takut, tuan

suaraku habis, tuan. matahari telah membakar kulit kepala dan telapak kakiku. aku capek, tuan. aku muak!

aku mau pulang saja, tuan. ibu dan bapakku mungkin sudah khawatir.aku lupa meminta izin pada mereka tadi pagi, dari subuh mereka sudah ke ladang, katanya kebun cabe kami dirusak angin jahat tadi malam.

mungkin besok saja aku kembali, tuan

semoga saja kita bisa bertemu
takkan kuucapkan salam
takkan kusisir rambutku
takkan kucuci kakiku
dan takkan kuganti bajuku terlebih dahulu
akan kubawakan parang, gurka, bu siti beserta anak-anaknya, si joko, serta orang-orang kampung yang tergusur, gatal-gatal dan keracunan

aku sudah mengingatkanmu
: jangan salahkan aku nanti, tuan!

apakabar tuan?
apakabar istri tuan?
apakabar anak-anak tuan?
apakabar anjing-anjing tuan?
apakabar harta benda tuan?

aku sudah mengingatkanmu
: jangan salahkan aku nanti, tuan!


Bang Jenggot
Batavia Darusysyaitan, 13 November 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar