Jumat, Februari 22, 2008

Azwar Anas, Niniak Mamak dan Prajurit yang Senantiasa Berjuang



(dalam rangka pembuatan Buku "GET UR DREAM")

Tak dapat dipungkiri bahwa Ir. H. Azwar Anas Dt. Rajo Sulaiman,
Letjen (Purn), adalah salah satu putra terbaik ranah minang yang
telah banyak berjasa bagi pembagunan di Sumatera Barat dan cukup
dikenal seantero negri ini. Di usianya yang sudah mencapai 73 tahun,
Pak Azwar masih tampak segar, kuat dan bersemangat. Dengan
pembawaannya yang selalu tenang, simpatik dan berwibawa membuat
siapapun yang memandangnya menaruhkan rasa hormat dan kagum. Hal ini
penulis rasakan ketika melakukan wawancara eksklusif di kediaman
beliau di salah satu kawasan elite ibukota pada hari Senin, 27
September 2004. Dalam wawancara yang berlangsung cukup santai, Pak
Azwar tampil cukup sederhana dengan baju koko dan kopiah itu membuka
pembicaraan dengan menceritakan kisah hidupnya.

Azwar Anas dilahirkan di kota Padang, pada tanggal 2 Agustus 1931,
dari ayah seorang ahli teknik dan ibu yang hanya tamatan SD. Beliau
tumbuh di tengah-tengah keluarga yang agamis dengan didikan ayah yang
berwatak keras dan disiplin, dan ibu yang senantiasa mengayomi dan
memberikan nasehat akan pentingnya agama dan tanggung jawab. Sejak
kecil, ibunda beliau selalu bercerita tentang orang-orang besar,
kisah perjuangan Rasulullah SAW dan menanamkan pentingnya Al Qur'an
dan Sunnah Rasul sebagai pedoman hidup bagi anak-anaknya.
"Memasuki usia sekolah, selain bersekolah, Bapak dan saudara-saudara
yang lain sudah mendapat tugas dari kedua orang tua. Bapak bertugas
menyapu dan membersihkan halaman. Selain itu, bersama adik beliau
membeli ikan di Gaung (Padang) dan menjualnya ke langganan-langganan.
Semua itu sebagai latihan kemandirian," kenang beliau, seraya
berpesan kepada generasi muda "jangan pernah malu untuk berbuat
sesuatu selama hal itu halal dan diridhoi Allah".

Selain balajar di sekolah formal, Azwar kecil juga menimba ilmu agama
di sebuah sekolah agama di daerah tempat tinggalnya, yang saat itu
bernama Sekolah Islam Mata Air (SIMA). Sama halnya seperti kebanyakan
anak-anak lainnya, sewaktu kecil Pak Azwar juga senang bermain, dan
permainan yang paling disukainya adalah sepak bola dan bermain perang-
perangan. Beliau juga berkata; "Sewaktu kecil, dikala malam saya
sering memandang ke arah bukit indarung yang berkilauan dengan warna-
warni lampunya (pabrik Semen Padang) dari rumah saya di daerah Mata
Air, dan saya ingin sekali berada disana…". Selain itu, berkat cerita-
cerita yang selalu diceritakan ibu, beliau juga bercita-cita menjadi
seorang seorang pemimpin di masa datang. Dalam hidup ini, beliau
mempunyai motto: "Jangan pernah ragu dalam melangkah, tetapkan tujuan
hidup, berdoalah kepada Allah SWT dan berusaha keraslah untuk
mencapainya. Jika terbentur pada suatu masalah, jangan lari! Tapi,
selesaikanlah masalah itu dengan sabar dan tuntas."

Dengan bekal ilmu dunia dan ilmu agama yang dimilikinya, Azwar Anas
tumbuh dan mampu menyelesaikan pendidikan SMA nya di SMA Permindo
(saat ini bernama SMA 1 Padang). Walaupun sempat berpindah ke daerah
Kayu Tanam dan Bukittinggi, belajar di SMP 3 Atas Ngarai, melanjutkan
ke SMA di Birugo, Bukittinggi, sampai kelas 1 SMA, sebelum akhirnya
berpindah lagi ke Padang dan menyelesaikannya di SMA Permindo.
*****

Perjalanan karir Pak Azwar dimulai dengan menjadi Pegawai di Balai
Penyelidikan Kimia Bogor pada tahun 1951. Pada usia 26 tahun,
tepatnya pada tanggal 12 Juli 1957 di Padang, beliau resmi
mempersunting seorang gadis minang bernama Jusmeini. Dari
pernikahannya ini, beliau dianugerahi 3 orang putra dan 2 orang
putri. Sejak saat itu, karir Pak Azwar terus menanjak, pada tahun
1958 beliau diangkat menjadi Asisten Luar Biasa di Institut Teknologi
Bandung, setahun kemudian diangkat menjadi Dosen Luar Biasa. Akibat
adanya kebijakan politik Presiden Soekarno pada waktu itu, beliau
bersama-sama sahabatnya Ir. Mathias Aruf (sekarang Prof. Dr. Ir.
Mathias Aruf, dan mengajar di ITB Bandung), utusan dari ITB untuk
mengikuti wajib militer dalam rangka pembebasan Irian Barat. Beliau
lulus dengan pangkat Letnan Satu (Lettu) Cadangan Militer (WAMIL)
pada tahun 1960.

Berkat rahmat dan karunia Allah SWT, Pak Azwar semakin berkibar dan
menjabat berbagai instansi dan organisasi, lebih dari 30 jabatan yang
pernah beliau duduki. Dan, yang paling berkesan bagi beliaub adalah
ketika beliau menjabat sebagai Direktur Utama PT. Semen Padang,
disamping itu sekaligus menjadi Presiden Direktur di PT. Semen
Baturaja di Sumatera Selatan pada tahun 1970-1977, Dewan Komisaris
PT. Semen Padang pada tahun 1978-1989, Anggota MPR Utusan Daerah
selama 15 tahun (1972-1987), Kepala Daerah Tingkat I Provinsi
Sumatera Barat pada tahun 1977-1987 (2 periode), Menteri Perhubungan
Kabinet Pembangunan V pada tahun 1988-1993, mengakhiri karir
militernya pada tahun 1993 dengan pangkat Letnan Jendral TNI (Purn),
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Kabinet Pembangunan
VI pada tahun 1993-1998 dan Ketua Fraksi Bidang Ekonomi di DPA,
disamping itu beliau juga menjabat selaku Ketua Umum Persatuan
Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1992-2000. Karena
itulah cita-cita yang didambakan beliau semenjak kecil.

Selain itu, ayah dari Ria Prima Pusparini (almarhumah), Ir. Irsyad
Riady, MSc, Ir. Irza Faraby, MSc, Ir. Rony Pahlawan, dan Dra. Maya
Devita ini sudah dianugerahi 18 buah bintang tanda jasa (dari dalam
dan luar negri), 39 buah piagam penghargaan, dan sudah mengunjungi
berbagai negara di Benua Asia, Eropa, Amerika dan Australia sepanjang
karirnya. Sebuah prestasi yang sangat mengagumkan.
*****

Saat ini, mengisi masa pensiunnya, Pak Azwar masih tetap aktif di
berbagai kegiatan; mulai dari pengajian-pengajian (saat ini beliau
menjadi Ketua Umum DPP Persatuan Tarbiyah Islamiyah), menghadiri
undangan-undangan, dan sebagai sesepuh masyarakat minang, beliau
selalu menjadi tempat bertanya bagi urang awak di perantauan.

Berbicara soal prinsip hidup, beliaupun berkata; "Yang terpenting
dalam hidup ini adalah berbuatlah yang terbaik bagi diri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan agama secara ikhlas, berani memperbaiki
kesalahan diri dan ikhlas menerima kritik. Sesuai dengan firman Allah
SWT dalam Surat Al Baqarah ayat 261, bagi mereka-mereka yang selalu
ikhlas bekerja diibaratkan sebagai berikut; "Orang-orang yang
menafkahkan hartanya, tenaganya, pikirannya, dan lain-lain di jalan
Allah, ibarat menanam sebuah biji yang kemudian tumbuh menjadi tujuh
tangkai, dan pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji, bahkan Allah
melipatgandakan lagi bagi siapa yang dikehendakiNya, dan Allah luas
(karuniaNya), lagi Maha Mengetahui."

Melihat fenomena remaja saat ini, beliau berpesan kepada generasi
muda, selain mempunyai IQ yang bagus (profesional), kita juga harus
mempunyai akhlak, budi pekerti, budaya yang baik dan mengusai ilmu
pengetahuan dan teknologi serta selalu bertawakal kepada Allah
SWT. "Zikir dan shalat itu penting, karena dengan zikir dan shalat
yang baik itu, InsyaAllah kita selalu terpelihara dari segala macam
godaan nafsu dunia yang tidak baik"

Dalam hal kepemimpinan, beliau mempunyai beberapa tahapan-tahapan
langkah untuk dapat menjadi pemimpin yang baik di bidang apapun kita
ditugaskan;

1. Kuasai legalitas (peraturan perundang-undangan), karena
seorang pemimpin harus menguasai peraturan-peraturan yang berlaku
untuk tugas-tugas tersebut, yang merupakan rambu dalam melangkah dan
mengambil keputusan yang tepat.

2. Pelajari secara empiris keberhasilan, hambatan, peluang dan
kesempatan (SWOT / Strength, Weakness, Opurtunity, and Threat), karena
seorang pemimpin harus mengenali kemampuan dirinya, dan pengalaman-
pengalaman terdahulu hal keberhasilan serta membudayakan dan
menumbuhkembangkan sistem punish and reward kepada bawahannya.

3. Letakkan sistem manajemen yang tepat, terbuka dan profesional.

4. Jiwa kebersamaan (Social behavior), karena sukses dan
keberhasilan akan tercapai apabila semua elemen yang terkait dalam
suatu sistem mampu bekerjasama dan saling mendukung.

Diakhir perbincangan, lagi-lagi Pak Azwar mengingatkan, "Apa saja
yang akan kita lakukan,berpeganglah selalu pada Al Qur'an dan Sunnah
Rasul serta teruslah membaca dan belajar, karena hanya itulah pedoman
hidup yang hakiki di dunia ini".
*****

"Bang Jenggot"
Jogjakarta
Medio 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar