Jumat, Mei 23, 2008

BBBM (Bener-Bener Bikin Mabok)



"BBM naik tinggi
susu tak terbeli
orang pintar tarik subsidi
bayi kami kurang gizi"

(Iwan Fals)

tadi malam di warteg kudengar seorang pengamen muda, dengan kaos lusuhnya melantunkan bait di atas. sebuah ungkapan tulus dari penderitaan rakyat kecil.

beberapa hari yang lalu, pemerintah mengambil sebuah kebijakan yang sangat tidak populis dengan menaikkan harga bahan bakar minyak. antara lain sbb:

Jenis BBM Harga awal Harga baru
Premium Rp4.500/liter Rp6.000/liter
Solar Rp4.300/liter Rp5.500/liter
Minyak tanah Rp2.000/liter Rp2.500/liter

praktis mulai akhir bulan ini semua harga barang pun akan menyesuaikan untuk merambat naik.

seorang kawan yang mengerti ekonomi (konon sang kawan ini pernah menimba ilmu ekonomi dan meraih gelar sarjana ekonominya dari salah satu universitas terbaik di negeri ini) berkata, kenaikan harga BBM di Indonesia adalah suatu keharusan. dengan lagak sok pintar (ala ekonom) dia membeberkan dengan berpanjang-panjang lebar. mulai dari harga minyak dunia yang sudah melebihi angka USD 120/barrel sampai kondisi keuangan negara kita yang sudah tidak sanggup menyuntikkan subsidi minyak bagi rakyat, dan bla.. bla.. bla.. si ekonom karbitan baru ini-pun terus nyerocos, walau tanpa ditanyai lagi.

setelah beberapa saat ngoceh dan menuangkan segala macam teori dari isi kepalanya yang didapat dari hasil belajarnya selama 3,5 tahun dibangku kuliah, diapun tersenyum puas menatapku. dan akupun hanya bisa terdiam dan terpana takjub mendengar kecanggihan ulasannya.

kemudian akupun bertanya lagi, "jadi kamu setuju dengan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM saat ini?"
"Ya. itu memang sudah seharusnya dilakukan pemerintah", jawabnya mantap.
"Hmm... Gitu ya?", ujarku bimbang.
aku memang tidak mengerti ekonomi, namun jawaban sang ekonom kerbitan ini memang benar dan sama persis dengan uraian pak wapres di media.

akupun melanjutkan pertanyaan,
"Lalu, bagaimana dengan nasib rakyat kecil? otomatis dengan kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan harga-harga lainnya; beras, cabe, terong, kentang, dan lain sebagainya?"

"pertanyaanmu, pertanyaan bodoh. sama seperti mahasiswa-mahasiswa konyol yang lagi teriak-teriak di depan istana siang tadi".

akupun tersentak menerima jawaban seperti itu.

"setiap kebijakan pemerintah sudah pasti ada pertimbangan dan kajian mendalam dari para ahli yang ada di setiap departemen maupun kementerian negara. mereka rata-rata doktor dan profesor. mereka itu orang pintar semua. kan sudah sama-sama kita dengar, kalau selain mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM, pemerintah kembali mencanangkan adanya kebijakan memberikan BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang akan diberikan kepada rakyat miskin. kalau ga salah, setiap keluarga miskin mendapatkan BLT sebanyak Rp 100.000,-/bulan. itu untuk membantu masyarakat. saya pikir ga ada masalah di sini". jawabnya.

"hmm... BLT ya? baiklah. terima kasih". akupun sengaja berusaha untuk menghentikan perbincangan yang tidak menyenangkan ini secepatnya.

sesudah meninggalkan sang ekonom itu, akupun merenungkan kembali apa yang telah panjang lebar diuraikannya.

"kondisi keuangan negara, harga minyak dunia, BBM harus naik, mahasiswa konyol, kajian mendalam para ahli dan BLT". kata-kata tersebut terus terngiang-ngiang.

akhirnya aku terbangun mendengar lantunan adzan subuh dari mushala kecil yang berjarak hanya beberapa rumah dari kamar kosku. ternyata kata-kata sakti sang ekonom tadi malam telah membuatku pusing hingga tak sadarkan diri.

kuambil air wudhu dan shalat subuh. beberapa saat kemudian terdengar suara gaduh di belakang kamar. anak tetangga menangis dibentak bapaknya yang tukang jahit rumahan itu saat meminta uang jajan untuk berangkat sekolah.

sambil menyulut sebatang class mild, terdengar kembali sayup-sayup lagu "Galang Rambu Anarki"nya Iwan Fals dari kamar tetangga kosku.

"tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku
do'a kami di nadimu"


BBM naik bener-bener bikin mabok...

"Bang Jenggot"
Batavia Darusysyaitan, 23 Mei 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar