Pemilu tahap pertama tanggal 5 April sudah usai, kitapun sudah sama-sama menyaksikan kalau Partai Golkar kembali menjadi partai nomor satu di negri ini, dan anggota-anggota legislatif yang akan duduk di DPR,DPRD I dan II baik utusan partai maupun DPD, sudah terpilih. Dan sekarang, kita semua bersiap-siap untukmenghadapi Pemilu tahap kedua dengan agenda pemilihanpresiden dan wakil presiden yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004 mendatang, yang merupakanagenda pamungkas dari pesta demokrasi di Indonesia. Saat ini sudah ada 6 pasangan Capres dan Cawapres yangsudah mendeklarasikan diri dan mendaftar ke KPU,sampai batas akhir pendaftaran pada Rabu, 12 April2004, yaitu; Partai Golkar menjagokanWiranto-Salahuddin Wahid, PDI Perjuangan denganMegawati-Hasyim M, Partai Amanat Nasional dengan duetAmien Rais-Siswono Yudhohusodo, PPP dengan HamzahHaz-Agum Gumelar, Susilo Bambang Yudhoyono-M. JusufKalla dari Partai Demokrat, dan AbdurrahmanWahid-Marwah Daud Ibrahim dari PKB. Semua pasangan mempunyai track record dan massa pendukungmasing-masing. Tapi, sebenarnya, pemimpin sepertiapakah yang benar-benar dibutuhkan negri ini saat ini?
Kita mengalami “defisiensi kenegarawanan”. Bangsa kitasulit bangkit dengan daya lebih kuat dan arah lebihbenderang jika para pemimpin terbelenggu fanatismegolongan dan orientasi kekuasaan. Kepemimpinan yangdijiwai kenegarawanan merupakan salah satu faktor yangmenentukan dan strategis guna mengonsolidasi, danmengarahkan gerakan bersama ke depan.Pemimpin-negarawan dapat memandu bangsa memasuki aruskompetisi global. Hanya kepemimpinan yang kuat,berwibawa, dan berkarakter negarawan dapat mengusungperadaban dan kemajuan bangsanya.
Pemimpin-negarawan
Salah satu kendala terbentuknya karakter kenegarawanan adalah power oriented yang obsesif.Dapat menjadi sumber bencana jika pemimpin bangsa terobsesi dengan kekuasaan semata sehingga tidak fokuspada upaya pencapaian cita-cita nasional. Akibatnya,mereka akan tampil lebih sebagai politikus yangbermain di panggung politik demi kekuasaan ketimbang menjadi negarawan yang mendayagunakan kekuasaannyauntuk rakyat. Bangsa ini membutuhkan kepemimpinan nasional yang kredibel, berintegritas, dan berjiwanegarawan untuk merespons aneka tantangan. Diperlukan pemimpin yang mission driven (dengan misi utama membawa bangsa ini keluar dari kemelut) serta kompeten mengelola dan mengerahkan segala sumber daya.
Pemimpin-negarawan mau dan mampu bersikap tegas(bukan berarti otoriter!!), serta berani mengambilsikap/keputusan sekalipun kurang populer asal demikepentingan rakyat. Pemimpin yang berkarakter kuat dantegas merupakan keniscayaan agar bangsa ini dapatberhasil dalam percaturan global yang ditandaiperubahan cepat. Dengan demikian, pemimpin bangsa inike depan, terutama pasca Pemilu 2004, diharapkan figur yang memiliki kualifikasi pemimpin negarawan. Pemimpin nasional bukan sekedar pejabat yang diberikanposisi/kekuasaan, tetapi terutama sseorang atausekelompok orang yang karena kemampuan, kesehatan lahir-bathin, integritas, dan daya visioner serta kenegarawannya diberi kekuasaan oleh rakyat (sebagai pemilik kedaulatan) untuk mengelola bangsa.
Pemimpin-peneladan
Segala formula kepemimpinan tidaklah bermakna bilafaktor keteladanan diabaikan. Bukankah patisarikepemimpinan adalah “memandu jalan dan membawa oranglain ke tujuan bersama?” Apakah pemimpin dapat memandumanakala ia dalam kegelapan visi, melangkah dengan kelemahan karakter, dan bergerak maju tanpa kacamata strategi yang tepat? Bagaimana membawa orang lain ketujuan bersama jika ia tidak mampu memberikan contoh?Daya keteladanan merupakan kriteria pokok menjadipemimpin nasional atau bagian dari kepemimpinannasional. Agar dapat menjadi pemimpin-peneladan,seseorang punya integritas dan komitmen yang kuat.Sesuai dengan pernyataan “the most effective leadership is following by example, not edict”. Seorang pemimpinharus mampu memberikan tauladan yang baik denganbukti-bukti nyata, bukan hanya dengan sebuah perintah.
Proses pembangunan terutama di sektor pendidikan padamasa lalu meski tidak optimal telah melahirkan generasi baru yang lebih cerdas, rasional, dan kritis.Pola pikir masyarakat Indonesia-khususnya lapisanmenengah yang kian padat-kini lebih pragmatis,independen, dan banyak meninggalkan pola pikirpaternalistis.
Hal ini relevan dengan pernyataan Cawapres PAN,Siswono Yudhohusodo tentang formula penyelenggaraanpolitik pembangunan, tahap pertama yaitu “daripemerintah, oleh pemerintah, untuk rakyat”. Tahap kedua, “dari pemerintah, bersama rakyat, untukrakyat”. Tahap ketiga, “dari rakyat, oleh pemerintahatas nama rakyat, dan untuk rakyat”. Selain itu, adatiga elemen kepemimpinan yang harus dimiliki olehcalon pemimpin bangsa ini, yaitu; kompetensi(profesionalisme), kepekaan/kepedulian terhadap orangyang dipimpin, dan integritas pribadi yang menjunjungtinggi kesesuaian ucapan dan tindakan.
Keteladanan , kata yang mudah untuk diucapkan, tetapimerupakan “cara hidup” yang sulit diwujudkan. Namun,setidaknya hal itu menjadi rambu moral-etis dan acuanbagi setiap pemimpin. Mudah-mudahan kerinduan kitaakan hadirnya pemimpin yang patut menjadi suritauladan dapat terwujud melalui Pemilu 2004 ini.
Sudahkah anda memiliki calon presiden seorang negarawan yang teladan?
Disampaikan pada diskusi panel calon presiden RI,FORKOMMI-UGM di Balairung sayap utara UGM pada tanggal14 Mei 2004. Dipublikasikan juga di Harian Umum Padang Ekspres.
Penulis,
Bang Jenggot
Tidak ada komentar:
Posting Komentar