malunya aku
pagi itu, seorang pengemis tua memegang tasbih di jembatan busway harmoni
mengagungkan asma Allah di tengah deru gejolak birahi batavia
celananya sobek dimana-mana
tak peduli, para budak kapitalis berlaluan dengan langkah angkuh derap sepatu mengkilap
dengan secercah harap dari lemparan koin gopek di atas sarungnya
namun, tetap larut dalam khusyu'
hai, pejuang! (katanya sih, gitu)
yang didepan laptop canggih dan berpakaian rapi
masih ingatkah kau bertasbih?
Oh, malunya aku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar